Selalu ada hal baru yang disukai masyarakat. Setiap hari, selalu ada konten viral baru yang jadi bahan perbincangan. Tren berkembang sangat dinamis. Pengusaha yang sukses perlu mengenali market bisnis dan riding the wave tren yang ada.
Dengan mengenali market dan mengetahui tren yang tengah populer di antara target konsumen Anda, pada akhirnya akan membantu Anda dalam menyediakan produk, baik itu barang atau jasa, yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Baca juga: 7 Usaha Rumahan yang Tidak Ada Matinya, Wajib Dicoba!
Perubahan Konsumen Selama Pandemi
Sebagian besar sektor bisnis terkena dampak pandemi COVID-19 yang melanda sejak Maret 2020 lalu, termasuk industri F&B atau Food & Beverages. Pandemi membawa perubahan tidak hanya pada sistem bisnis F&B, melainkan juga pada perilaku konsumennya.
Rusdi Sumantri, Direktur NielsenQ, pada GoTo Konferensi Maju Digital memaparkan data yang ia temukan, bahwa perilaku belanja, produk yang dibelanjakan, travelling, serta perilaku makan berubah selama pandemi. Karena pembatasan aktivitas di luar rumah, masyarakat akhirnya memilih untuk berbelanja secara online, memasak dari rumah, dan menghindari travelling.
Masyarakat pun lebih banyak melakukan pembayaran pada tagihan listrik, air, serta membeli kebutuhan penting lainnya secara online.
Baca juga: 10 Peluang Bisnis 2022 yang Bikin Usaha Makin Laris Manis
Perubahan Market Bisnis di Bidang Kuliner Bawa Peluang untuk Usaha Kuliner
Perubahan perilaku konsumen karena pandemi tidak selalu membawa dampak buruk. Justru dapat membawa lebih banyak keuntungan jika pelaku usaha kuliner bisa memanfaatkan momen ini dengan baik. Mengapa demikian?
1. Pembelian makanan semakin populer
Selama pandemi, dua kegiatan yang paling sering dilakukan adalah memasak dan membeli makanan. Meski kegiatan memasak meningkat dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2019, semakin banyak pula orang yang membeli makanan secara online.
Data menunjukkan bahwa 70% pembelian makanan dilakukan pada waktu snacking dengan membeli camilan. Data ini menjadi bukti bahwa semakin besar peluang usaha kuliner untuk ramai pembeli.
2. Pertambahan variasi makanan
Selain kegiatan membeli makanan semakin populer, variasi makanan yang dikonsumsi di rumah pun semakin bertambah. Misalnya, semakin populernya menu Western food, Chinese food, dan Indian food di kalangan masyarakat. Hal ini membuka peluang bisnis baru bagi pelaku usaha kuliner karena semakin banyak pilihan makanan yang diminati oleh konsumen.
3. Cakupan pembelian meluas
Sebagian besar kegiatan pembelian makanan saat ini dilakukan secara online dan delivery. Hal ini tidak terlepas dari meningkatnya penetrasi pengguna internet di Indonesia. Jika dibandingkan dengan 2020, pengguna internet meningkat hingga 15% pada 2021, yaitu berada pada angka 76%. Penetrasi layanan pesan antar makanan juga tercatat mengalami peningkatan hingga lima kali lipat, sedangkan frekuensi pembeliannya bertambah 30%.
Di sinilah peran internet dan berbagai platform layanan pesan antar seperti GoFood membawa peluang pada usaha kuliner. Dengan kemudahan pemesanan makanan, pada akhirnya banyak yang memilih untuk membeli makanan secara online. Jika dilihat dari sisi pengusaha, hal ini tentu membawa keuntungan yang berlimpah.
4. Rekreasi kuliner
Beberapa bulan terakhir, keadaan pandemi COVID-19 semakin membaik. Mal dan restoran pun mulai dibuka dengan kapasitas pengunjung maksimal 50%.
Melihat jumlah pengunjung mal yang meningkat, bahkan mencapai 35-45% kapasitas maksimum, hal ini jadi peluang untuk usaha kuliner yang membuka usahanya di mal. Pasalnya, data tahun 2018 menunjukkan bahwa 85% pengunjung mal melakukan kegiatan makan atau snacking.
Baca juga: Inspiratif! Ini 7 Contoh Usaha Modal Kecil yang Belum Banyak Pesaing di 2022
Memahami Segmentasi Konsumen di Market Bisnis
Produk yang tepat harus diberikan kepada orang yang tepat pula. Untuk itu, penting bagi seorang pebisnis kuliner memahami segmentasi konsumen dan siapa konsumen yang diincar. Rusdy Sumantri membagi enam tipe segmentasi konsumen berdasarkan usia dan kelasnya, yaitu:
- Food Explorer. Sekelompok anak muda yang melihat makanan sebagai rekreasi dan mereka suka mencoba hal baru.
- Cautious Indulgers. Sekelompok wanita dengan kelas lebih tinggi yang memandang makanan sebagai rekreasi.
- Social Eater. Kelompok yang sangat menghargai kualitas makanan, bahkan rela membayar lebih mahal untuk makanan yang lebih berkualitas. Biasanya orang-orang yang berada di kategori ini adalah orang yang sudah lebih dewasa dengan kelas sosial lebih tinggi.
- Glutton. Segmen pria muda kelas menengah atas yang makan setiap merasa lapar.
- Health Enthusiast. Kelompok yang sangat menjaga kesehatan dengan memperhatikan kandungan makanan yang dikonsumsi
- Functional Eater. Segmen konsumen yang makan untuk menghilangkan lapar dan lebih memilih makanan yang ekonomis. Kalangan ini biasanya berasal dari kelas menengah dengan umur 40 tahun ke atas.
Segmentasi konsumen tersebut menjadi data penting untuk usaha kuliner dalam menentukan siapa target marketnya. Dengan mengetahui target market, pelaku usaha bisa mengetahui tren apa yang sedang populer di kalangan tersebut. Misalnya, jika Anda mengincar Food Explorer yang suka mencoba makanan baru, makanan yang inovatif bisa jadi kesukaan mereka, seperti croffle yang sempat tren beberapa waktu lalu. Namun, jika Anda menjual makanan pada Health Enthusiast, maka juallah makanan berbahan dasar organik dengan menu yang lebih sehat.